Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Oktober 2015

Resensi Sang Pemimpi

RESENSI NOVEL INDONESIA

“ SANG PEMIMPI ”



 Identitas buku
Judul buku           : Sang Pemimpi
Penulis                 : Andrea Hirata
Penerbit               : PT Bentang Pustaka
Judul Resensi       : Perjuangan Dengan Pengorbanan
Tebal                   : XXVIII + 247
Cetakan               : Ke-3, April 2012
ISBN                   : 978-602-8811-37-8
Harga                   : Rp. 50.000,-
Nama Peresensi   : Abram Silalahi



2.     Sinopsis
Novel Sang Pemimpi menceritakan tentang sebuah kehidupan tiga orang anak Melayu Belitong yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga kita akan percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan kekuasaan Tuhan. Ikal, Arai, dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu di SMA Negeri yang jauh dari kampungnya. Mereka tinggal di salah satu los di pasar kumuh Magai Pulau Belitong bekerja sebagai kuli ngambat untuk tetap hidup sambil belajar. Ada Pak Balia yang baik dan bijaksana, beliau seorang Kepala Sekolah sekaligus mengajar kesusastraan di SMA Negeri, dalam novel ini juga ada Pak Mustar yang sangat antagonis dan ditakuti siswa, beliau berubah menjadi galak karena anak lelaki kesayangannya tidak diterima di SMA yang dirintisnya ini. Sebab NEM anaknya ini kurang 0,25 dari batas minimal. Bayangkan 0,25 syaratnya 42, NEM anaknya hanya 41,75.  Ikal, Arai, dan Jimbron pernah dihukum oleh Pak Mustar karena telah menonton film di bioskop dan peraturan ini larangan bagi siswa SMA Negeri. Bukan main pada apel Senin pagi mereka barisnya dipisahkan, dan mendapat hukuman berakting di lapangan sekolah serta membersihkan WC. Ikal dan Arai bertalian darah. Nenek Arai adalah adik kandung kakek Ikal dari pihak ibu, ketika kelas 1 SD ibu Arai wafat dan ayahmya juga wafat ketika Arai kelas 3 sehingga di kampung Melayu disebut Simpai Keramat. Sedangkan Jimbron bicaranya gagap karena dulu bersama ayahnya.
3.     Perwajahan Buku
-         Tema
Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini tak lain adalah “persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi atau pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan per kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkan
begitu besarnya kekuatan mimpi (hal 35) sehingga dapat membawa
seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan.
-         Cover Novel
Buku ini memiliki cover buku yang lumayan bagus, covernya agak tebal sehingga tidak mudah rusak atau koyak. Pada covernya juga terdapat huruf-huruf  timbul sehingga menampilkan kesan yang agak keren.
-         Kertas Novel
Warna kertasnya agak coklat sudah tidak putih lagi, ini merupakan tanda bahwa novel ini bukan yang original tetapi sudah yang tiruan. Karena apa, jika kertasnya berwarna putih kecoklatan itu berarti menggunakan kertas cetak.
-         Huruf
Huruf yang digunakan pada novel ini tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sehingga enak untuk dilihat. Dan tidak ada saya temukan pada novel ini ada yang salah ketik, berarti pencetak novel ini sangat teliti dalam menulisnya. Juga susunan hurufnya sangat rapi dan menarik.
-         Bahasa
Bahasa dalam novel ini sangat banyak menggunakan bahasa yang bukan digunaka pada bahasa sehari-hari, banyak menggunakan makna-makna kiasan, sehingga jika kita sebagai pembaca tidak memiliki pengetahuan yang luas mengenai kosa kata nantinya kita tidak akan tau apa maksud dan tujuan cerita tersebut.
-         Gaya Penulisan
Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan kata-kata dan kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada unsur repetitif yang membosankan. Setiap katanya mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik
tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak mengandung letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-karakter yang
ada dalam novel Sang Pemimpi.
-         Penokohan dan Perwatakan
a.     Ikal : baik hati, optimistis, pantang menyerah (hal 18)
b.     Arai : pintar, penuh inspirasi/ide baru, gigih, rajin, pantang menyerah (hal 2)
c.      Jimbron : polos, gagap bicara, baik, sangat antusias pada kuda (hal 2)
d.     Pak Balia : baik, bijaksana, pintar (hal 62)
e.      Pak Mustar : galak, pemarah, berjiwa keras (hal 4)
f.       Ibu Ikal: baik, penuh kasih sayang (hal 33)
g.     Ayah Ikal : pendiam, sabar, penuh kasih sayang, bijaksana (hal 75)
h.     Dan tokoh lain Mahader, A Kiun, Pak Cik Basman, Taikong
Hanim, Capo, Bang Zaitun, Pendeta Geovanny, Mak cik dan
Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.
-         Alur
Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju dan mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
-         Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah jangan berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan pernah bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel
ini dengan maksud memberikan titik terang kepada manusia yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan. 
-         Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini yaitu “orang pertama” (akuan). Dimana penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.

4.     Nilai Yang Terdapat Pada Novel
-         Nilai Moral
Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa humanis yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok remaja yang mempunyai perangai yang baik dan rasa setia
kawan yang tinggi.
-         Nilai Sosial
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan impian-impian mereka sekalipun hampir mencapai batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun masih dapat saling membantu satu sama lain.
-         Nilai Adat istiadat
Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah tradisional yang masih mengharuskan siswanya mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah tergambar jelas di novel ini. Sehingga menambah
khazanah budaya yang lebih Indonesia.
5.     Kelebihan dan Kelemahan
1)    Kelebihan
Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas, sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu kepandaian Bang Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat. Juga kelebihan dari buku ini adalah harganya yang murah sekitar Rp. 49.900 di Graimedia di seluruh Indonesia, tetapi bukan yang originalnya. Cover dari buku ini juga cukup menarik dan memiliki makna yang dalam yaitu sebuah lukisan yang menggambarkan seseorang berjalan menuju kesuksesan.
2)    Kelemahan
Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan. Hal itu disebabkan
karena penulis dengan cerdas menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Ditinjau dari segi kebahasaan jika pembaca tidak memiliki pengetahuan yang luas mengenai bahasa akan tidak memahami maksud dari penulis tersebut (hal 1).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar